Restoran di Dusun Semilir, Jawa Tengah telah kembali dibuka, namun tidak berdampak signifikan terhadap kunjungan wisatawan. Mengapa?
Diketahui, wisatawan beranggapan, tempat wisata Dusun Semilir tampak kurang menarik jika hanya restorannya saja yang kembali beroperasi. Melansir kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 yang diterapkan Kota Semarang, restoran sudah diizinkan untuk kembali beroperasi.
Komisaris Dusun Semilir Eliezer Widagdo menyebutkan, tujuan para wisatawan mengunjungi Dusun Semilir ialah untuk menikmati wahana-wahana yang tersedia.
“Setelah itu baru ke restoran, jadi wahana dan restoran itu saling melengkapi, sinergi begitu. Kalau hanya restoran yang buka, tingkat kunjungan tidak lebih dari 0,5 persen,” ungkapnya, pada Selasa (24/8/2021).
Menilik kondisi demikian, ia berharap pemerintah segera memberi kelonggaran untuk tempat wisata supaya dapat kembali beroperasi.
“Meski ada pembatasan tidak masalah, asal buka. Mau kapasitas, 10 persen atau 30 persen, saya kira bisa menarik kunjungan wisatawan,” kata Widagdo.
Widagdo membenarkan, bahwa kondisi pandemi terasa berat karena setiap bulan Dusun Semilir tetap harus mengeluarkan biaya operasional dalam keadaan tidak beroperasi untuk wisatawan.
“Dusun Semilir tiap bulan pengeluaran rutin antara Rp 1 miliar sampai Rp 3 miliar, itu antara lain untuk gaji, listrik, dan lain-lain termasuk pakan hewan ternak. Hiu itu setiap hari butuh dua kilogram daging, ada juga kuda butuh rumput tiap hari,” ungkapnya.
Dusun Semilir, ujar Widagdo, akan terus berinovasi dengan program-program kreatif agar mampu bertahan selama paandemi Covid-19, seperti menjual tiket online, paket barbeque, dan penginapan di karavan.
“Program tersebut memerhatikan protokol kesehatan karena menyasar komunitas-komunitas kecil kapasitas 10 sampai 20 orang. Di situ pengunjung bisa mendapat pemgalaman baru, termasuk menyalakan api unggu bersama,” pungkasnya.
