Industri kecerdasan buatan (AI) dengan pendekatan generatif seperti ChatGPT dan Google Bard sedang menjadi sorotan utama. Tetapi, diperkirakan bahwa teknologi ini akan menghadapi tantangan signifikan pada tahun 2024 mendatang.
Menurut para analis, popularitas AI generatif mulai meredup, terutama karena biaya operasional yang tinggi yang diperlukan. Selain itu, kontroversi terkait risiko yang ditimbulkan oleh AI generatif terhadap masa depan manusia juga menimbulkan kekhawatiran.
Dalam laporan terbarunya, CCS Insight membuat prediksi mengenai masa depan AI. Perusahaan tersebut memperkirakan akan terjadi penurunan drastis dalam penerapan AI generatif pada tahun depan, karena dihadapkan pada kenyataan biaya yang besar, risiko, dan kompleksitasnya.
“Kami mendukung pengembangan AI, namun menurut kami, hype seputar AI generatif pada tahun 2023 terlalu berlebihan. Ada banyak tantangan yang perlu diatasi untuk memperluas penggunaan teknologi ini,” kata Wood pada Rabu (11/10/2023).
Model-model AI generatif seperti ChatGPT, Google Bard, Claude Anthropic, dan Synthesia sangat bergantung pada daya komputasi yang besar. Hal ini karena AI memerlukan model matematika kompleks untuk menentukan respon yang tepat terhadap berbagai pertanyaan pengguna.
Perusahaan harus memiliki chip dengan daya komputasi tinggi untuk menjalankan aplikasi AI. Khusus untuk AI generatif, seringkali menggunakan unit pemrosesan grafis canggih atau GPU, yang biasanya diproduksi oleh perusahaan semikonduktor terkemuka seperti Nvidia.
Saat ini, semakin banyak perusahaan yang merancang chip khusus untuk menjalankan program AI mereka sendiri.
“Biaya implementasi dan pemeliharaan AI generatif saja sudah sangat tinggi,” jelasnya.
“Meskipun hal ini mungkin bisa diatasi oleh perusahaan besar, bagi banyak organisasi dan pengembang, hal ini akan menjadi terlalu mahal,” tambahnya.
Analis CCS Insight juga memperkirakan bahwa regulasi terkait AI di Uni Eropa, yang sering menjadi penentu tren dalam regulasi teknologi, akan menghadapi kendala.
Uni Eropa diperkirakan akan menjadi negara pertama yang menerapkan regulasi khusus untuk AI. Namun, regulasi ini kemungkinan akan direvisi berkali-kali mengingat pesatnya perkembangan AI.
“Rencananya belum sepenuhnya selesai hingga akhir tahun 2024, sehingga industri harus mengambil langkah-langkah awal dalam mengatur diri sendiri,” demikian prediksi Wood.