Akankah IHSG Membaik Pada Hari Ini?

Pada penutupan sesi II perdagangan sore kemarin, Senin (29/5/23), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tipis sebesar 0,09% menjadi 6.681,10.

IHSG awalnya menguat di awal sesi I dan mencapai titik tertinggi di level 6.708,36, namun kemudian mengalami koreksi dan ditutup lebih rendah.

Koreksi IHSG tersebut merupakan kelanjutan dari tren pelemahan selama tiga hari berturut-turut. Dalam lima hari perdagangan terakhir, IHSG mengalami koreksi sebesar 3,81%. Koreksi tersebut juga membuat indeks mengalami koreksi sebesar 2,47% sepanjang tahun ini.

Pada hari Senin, sekitar 20 miliar saham diperdagangkan dengan frekuensi sebanyak 1,3 juta kali. Total nilai perdagangan mencapai Rp. 8,5 triliun.

Penurunan IHSG kali ini disebabkan oleh penurunan pada 344 saham, sementara 207 saham stagnan, dan hanya 197 saham yang mengalami kenaikan.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui Refinitiv, 50% dari sektor mengalami pelemahan, dengan sektor Energi menjadi sektor yang paling memberikan beban pada indeks dengan penurunan sebesar 3% pada sesi I.

Harga saham sektor energi terutama batubara menurun karena harga acuan batubara yang masih lemah hingga pekan lalu. Cuaca yang membaik di Eropa dan Asia, penurunan harga gas, dan lesunya permintaan di Eropa menjadi penyebab harga batubara dunia yang masih rendah.

Beberapa saham yang menjadi pendorong penurunan IHSG pada perdagangan sore ini adalah:

1. PT Bayan Resources Tbk (-16,76)

2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (-6,10)

3. PT Bumi Resources Tbk (-2,01)

4. PT Berkah Beton Sadaya (-1,62)

5. PT Trimegah Bangun Persada (-1,22)

Meskipun ada kabar baik mengenai pembahasan plafon utang AS, pasar ekuitas Indonesia tetap mengalami koreksi. Presiden AS Joe Biden dan Anggota Kongres Utama dari Partai Republik, Kevin McCarthy, telah mencapai kesepakatan untuk menaikkan plafon utang pemerintah federal menjadi US$ 31,4 triliun. Namun, kesepakatan ini masih belum diputuskan secara final.

Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, telah memperpanjang batas waktu penetapan gagal bayar utang pemerintah dari tanggal 1 Juni menjadi 5 Juni 2023. Hal ini memberikan harapan adanya penyelesaian yang dapat menghindari skenario gagal bayar (default).

Hari ini, investor akan memperhatikan pergerakan bursa saham Wall Street, bursa Asia, dan beberapa data ekonomi penting dari negara-negara utama, seperti data sentimen ekonomi Uni Eropa, harga rumah AS, dan Indeks Manufaktur The Fed wilayah Dallas.

Dalam analisis teknikal, IHSG dianalisis menggunakan moving average (MA) dan pivot point Fibonacci pada periode harian untuk mencari tingkat resistance dan support terdekat.

Pada hari Senin, IHSG membentuk pola candle dragonfly doji yang sering dianggap sebagai sinyal pembalikan arah.

Pergerakan IHSG juga dianalisis dengan menggunakan indikator teknikal lainnya, seperti Relative Strength Index (RSI), yang digunakan untuk mengukur momentum.

RSI adalah indikator momentum yang membandingkan kenaikan dan penurunan harga dalam periode waktu tertentu.

Indikator RSI berguna untuk mengidentifikasi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan kondisi jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Pada grafik harian, RSI berada pada level 40,60.

Selain itu, berdasarkan indikator lainnya, yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD berada di bawah garis sinyal dengan kecenderungan menyempit.

IHSG memiliki peluang untuk rebound pada hari ini, dengan tingkat resistance terdekat berada di level psikologis 6.700 dan 6.727. Sementara itu, tingkat support terdekat berada pada angka 6.637.

You might also like

More Similar Posts

Menu