Di dunia influencer, konsep yang dikenal sebagai psikologi pengaruh atau psikologi persuasi merupakan dorongan untuk melakukan tindakan tertentu. Meskipun tampak sederhana, mempengaruhi orang lain melalui tindakan persuasif bisa terjadi secara sadar maupun tidak sadar.
Misalnya, ketika seseorang memberikan tips atau menunjukkan gerakan tarian yang kemudian ditiru oleh banyak orang, ini adalah contoh psikologi persuasi. Orang yang melakukan tindakan tersebut biasanya dikenal luas dan memiliki pengaruh, sehingga para pengikutnya secara tidak sadar meniru apa yang mereka lakukan.
Memahami Psikologi Pengaruh
Menurut Grin.id, psikologi pengaruh atau persuasi saat ini telah beradaptasi dengan kemunculan influencer. Dulu, orang lebih sering terpengaruh oleh iklan di majalah, televisi, atau koran. Kini, media sosial telah menjadi platform utama bagi orang-orang berpengaruh untuk mempengaruhi masyarakat agar mengikuti tindakan mereka.
Saat ini, perbedaan dalam psikologi pengaruh juga terlihat dari jangkauannya. Media sosial memungkinkan informasi tersebar hampir ke seluruh dunia dan memperkenalkan influencer secara lebih personal. Influencer dapat menunjukkan sisi pribadi mereka, membuat mereka terasa lebih dekat dibandingkan sebelumnya.
Influencer sering kali digunakan dalam strategi pemasaran yang terbukti efektif. Ini mengarah pada dampak psikologi persuasi yang mendorong orang untuk membuat keputusan konsumtif, sering kali tanpa disadari, dan bisa berujung pada pemborosan.
Prinsip-Prinsip Psikologi Pengaruh
Meskipun tidak semua psikologi persuasi berhubungan dengan pemasaran, di era media sosial, influencer juga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti gaya hidup, pekerjaan, hubungan, dan aktivitas sehari-hari.
Menurut Psychology Today, ada beberapa prinsip dasar yang mempengaruhi psikologi pengaruh:
- Kesukaan Orang lebih cenderung mengikuti atau membeli sesuatu dari seseorang yang mereka sukai. Semakin baik citra tokoh tersebut, semakin banyak pengikut yang akan meniru perilakunya atau membeli produk yang dipromosikannya. Pengikut merasa ada hubungan personal dengan tokoh atau influencer, yang membuat mereka mengikuti tindakan tersebut tanpa disadari.
- Timbal Balik Timbal balik merujuk pada dorongan untuk membalas budi atas apa yang diberikan oleh influencer. Ketika pengikut merasa mendapatkan manfaat atau hiburan dari tokoh tersebut, mereka merasa terdorong untuk memberikan kontribusi, seperti membeli produk yang dipromosikan atau membagikan konten.
- Bukti Sosial Influencer membantu mengurangi keraguan pengikut dengan memberikan ulasan dan panduan. Baik dalam hal produk, tips kesehatan, atau resep masakan, influencer menyediakan informasi yang memandu keputusan pengikut berdasarkan pengalaman mereka.
- Konsistensi Orang yang telah membuat komitmen cenderung akan mengulangi tindakan tersebut. Strategi pemasaran sering memanfaatkan kecenderungan ini dengan melibatkan orang secara konsisten. Misalnya, penggemar film mungkin berlangganan layanan streaming untuk terus menonton film yang mereka sukai.
- Otoritas Orang lebih cenderung mengikuti saran atau pendapat dari individu yang dianggap ahli. Di media sosial, otoritas dapat dibangun melalui sertifikasi, penghargaan, atau konten yang menunjukkan keahlian. Merek dan individu yang secara konsisten menunjukkan keahlian mereka dapat mempengaruhi keputusan pengikut secara signifikan.
- Kelangkaan Orang sering tertarik pada barang atau informasi yang terbatas atau eksklusif. Kelangkaan ini mendorong permintaan, seperti konten eksklusif yang semakin diminati karena dianggap langka dan sulit diakses oleh semua orang.