Boikot Starbucks CEO Tanggapi

Boikot Produk Pro Israel: CEO Starbucks Angkat Suara
CEO Starbucks, Laxman Narasimhan, memberikan tanggapannya terhadap aksi boikot produk Starbucks yang dilakukan oleh sebagian konsumen, terutama di negara-negara Arab, sebagai dampak dari perang Israel di Gaza. Narasimhan menyatakan bahwa boikot tersebut dipicu oleh informasi yang salah di media sosial mengenai pandangan Starbucks terkait konflik tersebut.

Starbucks menjadi target boikot setelah menggugat serikat pekerja pada bulan Oktober lalu akibat postingan media sosial yang mendukung Palestina. Dalam surat kepada karyawan, Narasimhan menegaskan bahwa sikap Starbucks adalah membela kemanusiaan dan mengecam kekerasan serta kebencian.

Pihak Starbucks mencatat adanya vandalisme di beberapa toko mereka, dan mereka bekerja sama dengan aparat keamanan setempat untuk memastikan keselamatan pekerja dan pelanggan. Starbucks juga telah merasakan dampak boikot ini pada penjualan global mereka.

Laporan penjualan kuartal perusahaan akan dirilis pada Februari 2024, namun tanda-tanda penurunan penjualan sudah terlihat. Analis JP Morgan, John Ivankoe, telah menurunkan perkiraan penjualan Starbucks di AS untuk kuartal pertama, menyebabkan anjloknya harga saham perusahaan.

Protes dan kondisi toko yang sepi terlihat melalui video di media sosial, termasuk di London, Australia, dan Dubai. Starbucks merespons dengan memberikan lebih banyak diskon, termasuk minuman setengah harga pada hari Kamis, untuk menarik pelanggan.

Pada Oktober, Starbucks menggugat serikat pekerja yang mengunggah pesan pro-Palestina di media sosial, menyatakan sikap tegas menentang tindakan terorisme, kebencian, dan kekerasan. Meskipun demikian, boikot tersebut masih berlanjut, dengan seruan untuk lebih banyak dukungan kepada masyarakat Gaza.

Pada November, Starbucks mengajukan kembali gugatan mereka, kali ini dengan pernyataan yang menghormati hak-hak pekerja untuk memberikan pandangan mengenai isu-isu politik dan konflik di Timur Tengah. Gugatan ini diarahkan untuk melindungi keselamatan pekerja dan reputasi Starbucks.

Seorang mahasiswi di Kent State University, Ohio, yang telah memboikot Starbucks sejak Oktober, mengungkapkan kesulitannya untuk mendapatkan kopi tanpa mampir ke salah satu toko Starbucks di kampus. Para pemboikot meyakini bahwa Starbucks seharusnya memberikan lebih banyak dukungan kepada masyarakat Gaza, dan aksi boikot mereka merupakan bentuk protes terhadap pandangan perusahaan tersebut.

You might also like
Tags:

More Similar Posts

Menu