Erdogan Kutuk Serangan Israel

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, secara tegas mengutuk serangan Israel di Palestina dalam pertemuannya dengan kelompok parlemen Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK) di Ankara pada Rabu (15/11). Erdogan menyebut Israel sebagai negara teroris dan menantang Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk mengungkapkan apakah mereka memiliki senjata nuklir atau tidak.

Dalam pidatonya, Erdogan menyoroti peran Turki sebagai pelopor dalam penyaluran bantuan untuk warga Palestina di Jalur Gaza yang dikepung oleh Israel sejak Oktober 2023. Ia juga menjadi kritikus vokal terhadap Israel dan berupaya menjadi penengah dalam konflik Israel-Palestina.

Erdogan menekankan bahwa Israel dianggap sebagai negara teroris karena menerapkan strategi menghancurkan kota beserta warga sipilnya. Kritik juga ditujukan kepada beberapa anggota komunitas internasional yang dianggapnya tidak berpihak pada kebenaran, dengan merujuk pada perubahan sikap Prancis dalam dukungannya terhadap Israel.

Presiden Turki mengungkapkan ketidakpuasan terhadap dukungan penuh yang diterima Israel dari AS dan negara-negara barat selama 40 hari, yang memungkinkan Israel melanjutkan pembantaian tanpa henti, termasuk pelanggaran terhadap aturan internasional dengan menyerang sekolah, tempat ibadah, rumah sakit, dan pasar, serta memaksa warga sipil meninggalkan tempat tinggal mereka.

Erdogan juga mencela pemaksaan label teroris terhadap Hamas, yang sebenarnya adalah partai politik yang memenangkan pemilu. Ia menyatakan bahwa Israel dan Amerika Serikat bekerja bersama dalam merampas hak-hak yang dimenangkan secara demokratis.

Lebih lanjut, Erdogan membahas statistik korban, menyebut bahwa setidaknya dua per tiga dari sekitar 12.000 warga Gaza yang tewas akibat serangan Israel adalah perempuan dan anak-anak. Ia menyebut serangan Israel sebagai yang paling keji terhadap warga sipil.

Presiden Turki juga mengungkapkan ancaman yang diucapkan oleh Menteri Warisan Israel, Amichay Eliyahu, terkait rencana membunuh lebih dari dua juta warga sipil Palestina dengan bom atom. Ancaman ini telah dilaporkan kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Erdogan menyoroti ketidaksesuaian sikap IAEA yang tidak mengambil tindakan terhadap pernyataan tersebut, sambil mengkritik ketidaksetujuan terhadap protes terhadap pembantaian di Gaza.

You might also like
Tags:

More Similar Posts

Menu