Pertarungan antara Google dan pemerintah Amerika Serikat (AS) di pengadilan dimulai pada Selasa, 12 September. Ini bermula setelah pemerintah menuduh Google melakukan pelanggaran monopoli dalam bisnis mesin pencari.
Pada 2020, Departemen Kehakiman dan puluhan negara bagian menuduh Google menyalahgunakan dominasinya dalam penelusuran online. Mereka menduga Google merugikan pesaing melalui kesepakatan dengan operator telekomunikasi dan pembuat ponsel pintar, yang membuat Google Search sebagai opsi default atau eksklusif pada produk yang digunakan oleh jutaan konsumen.
Keluhan-keluhan ini kemudian digabungkan menjadi satu kasus.
Departemen Kehakiman menuduh Google membayar sekitar US$10 miliar atau sekitar Rp152 triliun per tahun kepada pembuat perangkat seperti Apple (AAPL.O), perusahaan nirkabel seperti AT & T (T.N), dan pembuat peramban seperti Mozilla untuk mempertahankan pangsa pasar mesin pencari sekitar 90 persen.
Namun, Google berpendapat bahwa persaingan didasarkan pada keunggulan mereka dan mengatakan bahwa konsumen memilih alatnya karena alat tersebut dianggap terbaik, bukan karena upaya untuk membatasi persaingan secara ilegal.
Pengacara Google, John Schmidtlein, mengklaim bahwa pembayaran tersebut adalah kompensasi bagi para mitra untuk pekerjaan mereka dalam memastikan perangkat lunak mendapatkan pembaruan keamanan yang tepat waktu dan pemeliharaan lainnya.
Dia menambahkan, “Pengguna saat ini memiliki lebih banyak pilihan pencarian dan cara untuk mengakses informasi secara online dibandingkan sebelumnya.”
Menurut Schmidtlein, konsumen yang tidak puas hanya perlu beberapa klik untuk mengganti aplikasi Google dari perangkat mereka atau menggunakan mesin pencari alternatif seperti Bing, Yahoo, atau DuckDuckGo dari Microsoft (MSFT.O) di peramban.
Bisnis pencarian Google menyumbang lebih dari setengah dari pendapatan sebesar US$283 miliar (Rp4.351 triliun) dan laba bersih sebesar US$76 miliar (Rp116 triliun) yang dicatat oleh perusahaan induk Google, Alphabet, pada 2022. Google Search diklaim mendorong pertumbuhan perusahaan hingga mencapai kapitalisasi pasar lebih dari US$1,7 triliun.
Saat ini, raksasa teknologi ini akan membela diri dalam persidangan selama beberapa pekan yang mungkin dapat mengubah cara Google mendistribusikan mesin pencarinya kepada para pengguna.
Kasus ini diperkirakan akan menampilkan kesaksian dari saksi-saksi terkenal, termasuk mantan karyawan Google dan Samsung, serta eksekutif dari Apple, termasuk wakil presiden senior Eddy Cue.
Kasus ini merupakan kasus pertama yang disidangkan dalam serangkaian gugatan pengadilan yang menargetkan Google. Sidang ini juga dapat menjadi pertanda bagi agenda antimonopoli yang lebih tegas dari pemerintahan Joe Biden.