IHSG Hari Ini 03/09/24

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat bergerak di zona merah pada perdagangan sesi I hari Selasa (3/9/2024), tertekan oleh kabar kurang baik dari data ekonomi domestik yang baru dirilis. Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG melemah 0,73% menjadi 7.638,23, dan gagal bertahan di level psikologis 7.700, meskipun sempat berada di posisi tersebut di awal sesi I hari ini.

Nilai transaksi IHSG pada sesi I hari ini mencapai sekitar Rp 5,4 triliun, dengan volume perdagangan sebanyak 14,1 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 652.735 kali. Dari total saham yang diperdagangkan, 219 saham menguat, 348 saham melemah, dan 219 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor teknologi mengalami penurunan terparah, yang memberikan dampak terbesar pada IHSG di sesi I dengan penurunan mencapai 3,06%. Dalam hal saham, emiten perbankan besar, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), menjadi kontributor utama penurunan IHSG dengan kontribusi penurunan sebesar 9,3 poin indeks.

Penurunan IHSG ini sejalan dengan kabar kurang menggembirakan dari data ekonomi domestik, termasuk Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia dan data inflasi terbaru untuk Agustus 2024, yang menunjukkan hasil yang mengecewakan.

PMI Manufaktur Indonesia menunjukkan kontraksi selama dua bulan berturut-turut, dengan angka 49,3 pada Juli dan 48,9 pada Agustus 2024, yang merupakan level terendah sejak Agustus 2021. Penurunan PMI Manufaktur ini menimbulkan kekhawatiran karena sektor manufaktur berperan penting dalam ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Penurunan ini juga berpotensi mencoreng kinerja Presiden Joko Widodo menjelang akhir masa jabatannya pada Oktober mendatang.

Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede, menyebutkan bahwa deflasi pada Agustus disebabkan oleh penurunan harga pangan volatil, terutama bawang merah, serta penurunan PMI Manufaktur yang turun ke 48,9 poin. Hal ini menunjukkan penurunan daya beli masyarakat.

“Tren deflasi ini dipengaruhi oleh perbaikan pasokan pangan pasca fenomena El NiƱo awal tahun. Namun, ada indikasi penurunan daya beli masyarakat, yang diperkuat dengan data PMI Manufaktur Indonesia yang kembali memasuki fase kontraktif,” jelas Josua dalam program Profit, CNBC Indonesia (Senin, 02/09/2024).

S&P Global menjelaskan bahwa kontraksi manufaktur Indonesia semakin dalam akibat penurunan output dan pesanan baru, serta pengurangan tenaga kerja meskipun hanya marginal. Diperkirakan, kondisi lemah ini akan berlanjut hingga akhir kuartal III-2024.

Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk Agustus 2024 pada hari Senin (2/9/2024), yang menunjukkan penurunan di bawah ekspektasi konsensus. Secara tahunan (year-on-year/yoy), IHK mengalami inflasi sebesar 2,12%, sedikit menurun dari periode sebelumnya yang tercatat 2,13%. Namun, secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK mengalami deflasi sebesar 0,03%.

Konsensus pasar memperkirakan IHK Agustus 2024 akan stagnan di 0%, dibandingkan deflasi 0,18% bulan sebelumnya. Secara tahunan, IHK diperkirakan naik tipis menjadi 2,15%, dengan IHK inti diproyeksi sebesar 1,99%.

Deflasi empat bulan berturut-turut ini merupakan yang pertama kali terjadi sejak 1999 atau dalam 25 tahun terakhir. Ini menunjukkan adanya penurunan daya beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil.

You might also like
Tags:

More Similar Posts

Menu