Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membuka perdagangan di zona hijau pada hari Selasa (12/9/2023) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dolar AS melemah dalam perdagangan pasar spot.
Menurut data dari RTI, pada pukul 09.09 WIB, IHSG berada pada level 6.966,03, naik sebesar 0,04 persen atau 2,6 poin dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di level 6.963,39. Dalam situasi ini, 218 saham mengalami kenaikan di zona hijau, sementara 192 saham turun di zona merah. Ada juga 218 saham lainnya yang stagnan. Total nilai transaksi hingga saat itu mencapai Rp 1,1 triliun dengan volume perdagangan mencapai 2,4 miliar saham.
Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo, mengungkapkan bahwa sentimen positif muncul berkat data kinerja penjualan retail yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yang menunjukkan angka yang solid. Indeks Penjualan Riil (IPR) bulan Juli tumbuh sebesar 1,6 persen (yoy), terutama didorong oleh penjualan kelompok makanan, minuman, tembakau, suku cadang, aksesori, dan perlengkapan rumah tangga lainnya yang tetap kuat.
Maximilianus juga mengungkapkan optimisme untuk bulan berikutnya, dengan prediksi Bank Indonesia bahwa kinerja penjualan eceran tahunan di bulan Agustus 2023 juga diperkirakan akan tetap kuat. Dalam analisis teknisnya, ia melihat bahwa IHSG memiliki potensi penguatan terbatas dengan tingkat support dan resistance di kisaran 6.935 hingga 6.995.
Di pasar saham Asia, mayoritas bergerak dalam tren negatif pada pagi itu. Indeks Komposit Shanghai China melemah sebesar 0,13 persen (4,1 poin) ke level 3.138,63, Strait Times turun 0,23 persen (7,4 poin) ke level 3.210,81, dan Hang Seng Hong Kong terkoreksi sebesar 0,45 persen (80,7 poin) ke level 18.015,72. Sementara itu, Nikkei Jepang menguat sebesar 0,32 persen (103,7 poin) ke level 32.571,6.
Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS di pasar spot melemah. Menurut data Bloomberg pada pukul 09.11 WIB, Rupiah berada di level Rp 15.338 per Dolar AS, turun sebanyak 8 poin atau 0,05 persen dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di level Rp 15.330 per Dolar AS. Ariston Tjendra, pengamat pasar keuangan, menyatakan bahwa pelemahan Rupiah ini terjadi seiring dengan kenaikan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS. Selain itu, pasar juga mungkin mengantisipasi kenaikan inflasi konsumen AS yang akan dirilis pada Rabu malam.
Ariston juga menyatakan, “Rupiah berpotensi melemah hari ini terhadap Dolar AS. Kenaikan inflasi AS kemungkinan akan membuat suku bunga tinggi dipertahankan untuk jangka waktu yang lebih lama, sehingga meningkatkan minat pasar terhadap Dolar AS.” Selain itu, data penjualan ritel Indonesia bulan Juli yang tumbuh di bawah pertumbuhan bulan sebelumnya juga mungkin memberikan sentimen negatif terhadap Rupiah. Hari ini, Rupiah berpotensi melemah menuju level Rp 15.350 per Dolar AS, dengan potensi support di sekitar Rp 15.300 per Dolar AS.