Harga emas dunia pekan ini terpantau melesat, meskipun pasar optimis bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) akan memangkas suku bunga acuannya dua kali pada tahun ini.
Pekan ini, harga emas dunia naik 2,83% secara point-to-point (ptp). Pada perdagangan Jumat (5/7/2024) kemarin, harga emas ditutup melesat 1,5% menjadi US$ 2.391,46 per troy ons.
Harga emas global tetap cerah meskipun pasar optimistis bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan memangkas suku bunga acuannya dua kali tahun ini.
Menurut data perangkat Fedwatch, pemangkasan pertama akan terjadi pada pertemuan September sebesar 25 basis poin menjadi 5,00% – 5,25%, dengan peluang sebesar 59,9%. Kemudian, pada pertemuan Desember, suku bunga akan dipangkas sekali lagi sebesar 25 basis poin menjadi 4,75% – 5,00%.
Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Sebelumnya, risalah pertemuan The Fed pada bulan Juni mengakui bahwa perekonomian AS tampaknya melambat dan “tekanan harga berkurang”.
Sementara itu, pada perdagangan Jumat kemarin, harga emas global tetap melesat meskipun laporan pekerjaan periode Juni menunjukkan peningkatan tingkat pengangguran, yang dipandang sebagai tanda bahwa suku bunga tinggi memperlambat perekonomian AS.
Data tingkat pengangguran di AS pada Juni lalu naik sedikit menjadi 4,1%, dari sebelumnya 4% pada Mei lalu.
Selain itu, terdapat indikasi lain yang menunjukkan pasar kerja melemah, karena pendapatan rata-rata per jam naik 3,9% dari tahun sebelumnya, yang merupakan kenaikan terkecil sejak tahun 2021.
Non-farm payroll (NFP) meskipun meningkat sebesar 206.000 pada Juni lalu, direvisi lebih rendah pada April dan Mei dengan gabungan 111.000 pekerjaan.
“Data tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa The Fed menghadapi tantangan signifikan karena perekonomian terus memburuk,” kata Naeem Aslam, kepala investasi di Zaye Capital Markets, dikutip dari MarketWatch.
Di sisi lain, sanksi dari AS kepada Rusia mendorong bank sentral untuk menambah cadangan emasnya untuk menghilangkan risiko kerugian dan gagal bayar.
Sanksi tersebut bertujuan untuk memutus akses Rusia terhadap produk dan layanan yang diperlukan untuk mempertahankan produksi militer untuk perang di Ukraina.
“Dalam jangka panjang, kita melihat sanksi yang dijatuhkan AS (terhadap Rusia) mendorong banyak bank sentral dan pemerintah lain untuk beralih ke emas khususnya untuk menghilangkan risiko kerugian dan gagal bayar,” tambah Ebkarian.