Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau berhasil bangkit pada perdagangan sesi I Kamis (2/11/2023), di mana investor sepertinya menyambut positif dari keputusan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).
Per pukul 09:25 WIB, IHSG melonjak 1,41% ke posisi 6.736,13. IHSG pun kembali menyentuh level psikologis 6.700.
Secara sektoral, sektor properti menjadi penopang IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 2,36%. Selain sektor properti, ada sektor lainnya seperti sektor teknologi sebesar 2,07%, sektor bahan baku sebesar 1,43%, dan sektor energi sebesar 1,1%.
Selain itu, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG. Berikut saham-saham yang menopang IHSG di awal sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | 12,99 | 4.980 | 3,11% |
Bank Central Asia | BBCA | 12,08 | 8.750 | 1,74% |
Bank Mandiri (Persero) | BMRI | 11,48 | 5.800 | 2,65% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | 8,41 | 67 | 8,06% |
Telkom Indonesia (Persero) | TLKM | 5,86 | 3.670 | 1,38% |
Astra International | ASII | 4,53 | 5.875 | 1,29% |
Tiga saham besar di sektor perbankan yang sebelumnya mengalami penurunan dalam IHSG, pada sesi perdagangan pertama hari ini berhasil menjadi pendorong kenaikan IHSG. Ketiga saham tersebut adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang berhasil mengangkat IHSG sebanyak 13 poin, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang memberikan kontribusi sebesar 12,1 poin, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang ikut mendorong IHSG naik sebesar 11,5 poin.
IHSG berhasil mengalami pemulihan setelah mengalami penurunan lebih dari 1% pada hari sebelumnya. Peningkatan IHSG juga mengikuti tren positif di pasar saham global, terutama di Asia-Pasifik, di mana indeks KOSPI Korea Selatan mengalami kenaikan signifikan sebesar 1,7%.
Sentimen positif di pasar saham global muncul setelah bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga acuan. Sesuai dengan ekspektasi pasar, The Fed memutuskan untuk tetap menjaga suku bunga acuan pada kisaran 5,25-5,50% pada Rabu waktu Amerika Serikat atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Keputusan ini diharapkan dapat melemahkan nilai dolar AS dan meredakan tingkat imbal hasil (yield) US Treasury.
Dalam pernyataan resminya, The Fed menyatakan bahwa data terbaru menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi Amerika Serikat masih cukup kuat pada kuartal ketiga tahun 2023, tetapi pertumbuhan tenaga kerja berlangsung dengan moderat. Tingkat pengangguran tetap rendah dan inflasi masih tinggi.
Chairman The Fed, Jerome Powell, dalam konferensi pers setelah rapat FOMC, menjelaskan bahwa upaya untuk membawa inflasi kembali ke kisaran 2% masih menjadi tantangan yang besar.