Nilai tukar rupiah pada pagi Rabu (1/11) berada di Rp15.932 per dolar AS, mengalami pelemahan sebanyak 48 poin atau turun 0,30 persen dari nilai sebelumnya.
Sebagian besar mata uang di Asia juga terpantau mengalami penurunan. Won Korea Selatan turun 0,54 persen, peso Filipina turun 0,15 persen, baht Thailand turun 0,32 persen, dan ringgit Malaysia turun 0,20 persen.
Selain itu, dolar Singapura mengalami penurunan sebesar 0,05 persen, yuan China turun 0,02 persen, dan dolar Hong Kong juga mengalami penurunan sebesar 0,01 persen. Di sisi lain, yen Jepang menguat sebanyak 0,27 persen.
Mata uang dari negara maju juga secara keseluruhan mengalami penurunan. Poundsterling Inggris turun 0,12 persen, dolar Australia turun 0,28 persen, dan euro Eropa turun 0,06 persen.
Dolar Kanada juga mengalami penurunan sebanyak 0,09 persen, sementara franc Swiss turun 0,01 persen.
Menurut analis pasar uang Lukman Leong, rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS sebagai respons terhadap kenaikan imbal hasil obligasi AS, seiring dengan antisipasi hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan berlangsung pada Kamis (2/11) dini hari.
“Investor juga mengantisipasi kenaikan data inflasi Oktober di Indonesia,”
Berdasarkan sentimen ini, ia memproyeksikan bahwa rupiah akan melemah dalam kisaran Rp15.850 hingga Rp15.950 per dolar AS pada hari ini.