Nilai tukar rupiah ditutup menguat sebanyak 6 poin menjadi Rp 15.694 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa sore. Sebelumnya, rupiah sempat mengalami penguatan sebesar 10 poin ke level Rp 15.701 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyatakan bahwa untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diprediksi akan mengalami fluktuasi namun kemungkinan akan ditutup menguat di kisaran Rp 15.650 hingga Rp 15.750 per dolar AS. Hal ini disampaikan dalam keterangan tertulis pada Selasa, 14 November 2023.
Dalam laporannya, Ibrahim menyoroti proyeksi Bank Indonesia terkait potensi pelemahan beberapa indikator ekonomi makro pada tahun 2024. Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan diperkirakan sekitar 5,00 persen (year on year atau yoy), angka ini lebih lambat dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 yang sebesar 5,01 persen (yoy) dalam Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2023.
Ibrahim menyatakan optimisme terkait kekuatan pertumbuhan ekonomi tahun depan, terutama karena kenaikan gaji aparatur sipil negara (ASN), penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu), dan pembangunan Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara.
Selain itu, tingkat inflasi pada tahun 2024 diperkirakan mencapai 3,2 persen (yoy), angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan inflasi dalam ATBI 2023 yang sebesar 2,84 persen. Ibrahim menjelaskan bahwa peningkatan inflasi tersebut sejalan dengan permintaan yang masih tinggi dan dampak dari pelemahan nilai tukar.
Ibrahim juga menyoroti fokus pasar pada data inflasi indeks harga konsumen utama (CPI AS) yang dirilis hari ini. Dia menyatakan bahwa angka tersebut diperkirakan menunjukkan penurunan inflasi hingga Oktober, setelah inflasi meningkat melebihi ekspektasi selama dua bulan terakhir.
Selain itu, ia mencatat peringatan dari sejumlah pejabat Federal Reserve alias The Fed yang menyatakan bahwa inflasi tinggi dapat mendorong bank untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut. Menurut Ibrahim, suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama diperkirakan dapat melemahkan aset berisiko. Data yang dirilis hari ini juga diperkirakan menunjukkan zona euro memasuki resesi teknis pada kuartal ketiga.