Kim Jong Un Memperlihatkan Kapal Selam Bersenjata Nuklir: Faktual atau Berlebihan?
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, baru-baru ini mengambil bagian dalam sebuah upacara peragaan peralatan militer terbaru yang mencuri perhatian dunia internasional. Yang paling mengejutkan, Kim Jong Un menyatakan bahwa kapal selam tersebut adalah yang pertama di Korea Utara yang memiliki kemampuan untuk meluncurkan senjata nuklir.
Media pemerintah Korea Utara dengan bangga mengklaim bahwa kapal selam ini akan menguatkan kemampuan nuklir negara tersebut dengan cepat. Kapal selam ini diberi nama Pahlawan Kim Kun Ok, merujuk pada seorang perwira Angkatan Laut Korea Utara dan tokoh sejarah.
Kapal selam bersenjata nuklir telah lama menjadi impian Korea Utara, dan saat ini, Kim Jong Un menganggapnya sebagai salah satu alat utama Angkatan Laut untuk melakukan serangan bawah air. Namun, sejumlah analis mempertanyakan sejauh mana efektivitas kapal selam ini.
Beberapa analis percaya bahwa kapal selam tersebut sebenarnya adalah model Romeo era Soviet yang telah dimodifikasi untuk membawa senjata nuklir. Joseph Dempsey, seorang peneliti di Institut Internasional untuk Studi Strategis, mengungkapkan bahwa kapal selam ini memiliki sejumlah keterbatasan fundamental, seperti tingkat kebisingan yang tinggi, kecepatan yang rendah, dan jangkauan terbatas.
Vann Van Diepen, seorang mantan ahli senjata pemerintah Amerika Serikat, juga menyatakan keraguan terhadap kapabilitas kapal selam tersebut. Selain itu, tampaknya ada upaya untuk menyembunyikan fakta bahwa kapal selam ini adalah model lama dengan menyamarakan bagian belakang dan baling-balingnya.
Hingga saat ini, belum ada bukti bahwa kapal selam tersebut telah aktif beroperasi atau mampu meluncurkan rudal berhulu ledak nuklir. Para analis menduga bahwa kapal selam ini dirancang untuk membawa rudal jelajah jarak pendek yang dapat diluncurkan dari kapal selam (SLCM), yang mampu menyerang target di sekitar wilayah Korea Utara.
Korea Selatan telah mengutuk keberadaan kapal selam ini dan meragukan kemampuannya, menyatakan bahwa Korea Utara mungkin saja membesar-besarkan prestasinya. Bahkan Jepang juga menyatakan kekhawatirannya, menganggap aktivitas militer Korea Utara sebagai ancaman yang lebih besar terhadap keamanan negara mereka dibandingkan sebelumnya.
Saat ini, Korea Utara telah meningkatkan uji coba rudal balistik dan rudal jelajah secara signifikan, dan peluncuran kapal selam ini terjadi menjelang peringatan 75 tahun berdirinya negara tersebut. Dalam perkembangan terkait, media pemerintah mengumumkan rencana pengiriman delegasi Tiongkok untuk berpartisipasi dalam perayaan tersebut, sementara Kim Jong Un juga disebutkan akan melakukan perjalanan ke Rusia untuk pertemuan dengan Presiden Vladimir Putin, memicu kekhawatiran akan kemungkinan pertukaran teknologi senjata antara kedua negara tersebut.