Kebohongan dalam CV Karyawan

“Survei Ungkap Tingginya Tingkat Kebohongan pada CV oleh Karyawan, Apa Saja yang Dipalsukan?”

Melamar pekerjaan baru seringkali menantang, dengan prosesnya yang bervariasi tergantung pada perusahaan yang dituju. Pengalaman wawancara kerja yang buruk ternyata mampu membuat 42 persen calon karyawan menolak tawaran pekerjaan.

Wawancara kerja sendiri dianggap sebagai momen yang seharusnya berlangsung dengan jujur, baik dari sisi perusahaan maupun pelamar. Namun, survei terbaru mengungkap fakta mengejutkan bahwa banyak karyawan justru memalsukan informasi dalam CV, surat lamaran kerja, bahkan saat wawancara kerja.

Hasil survei yang dilakukan oleh perusahaan ResumeLab pada Agustus 2023 terhadap 1.914 peserta menunjukkan bahwa tingkat kebohongan karyawan cukup tinggi dalam proses rekrutmen. Kebohongan paling umum terjadi pada CV, mencapai puncaknya saat wawancara kerja.

Dalam CV, sebagian besar kebohongan terjadi terkait dengan mengeksaggerasi jabatan dan tanggung jawab (52 persen), diikuti dengan jumlah bawahan yang dipimpin (45 persen) dan durasi masa kerja (37 persen).

Dalam survei ini, 70 persen karyawan mengaku pernah memalsukan informasi dalam CV mereka, dengan 37 persen di antaranya mengakui bahwa kebohongan tersebut dilakukan secara rutin.

Lebih lanjut, survei juga menemukan bahwa 76 persen karyawan pernah berbohong dalam surat lamaran kerja, dan 80 persen di antaranya melakukan kebohongan saat wawancara kerja. Tercatat, pencari kerja paling banyak berbohong saat wawancara kerja, diikuti dengan surat lamaran kerja dan CV.

Menariknya, tingkat kebohongan juga berbeda berdasarkan tingkat pendidikan. Mereka yang memiliki gelar Master atau Doktor cenderung lebih sering memalsukan informasi dalam CV mereka, mencapai 85 persen, dibandingkan dengan mereka yang memiliki gelar sarjana (63 persen).

Kebohongan utama dalam CV meliputi memoles tanggung jawab secara umum (52 persen), mengubah jabatan untuk terdengar lebih mengesankan (52 persen), serta memalsukan jumlah bawahan yang dikelola (45 persen) dan durasi kerja (37 persen).

Ahli karier menekankan bahwa kejujuran selalu menjadi kebijakan terbaik dalam proses lamaran kerja. Daripada memalsukan informasi, para pelamar sebaiknya fokus pada pengalaman dan keterampilan yang relevan yang dapat mereka tawarkan kepada perusahaan. Kebohongan dalam CV tidak hanya tidak etis, namun juga bisa berujung pada penolakan langsung serta merusak reputasi pelamar di mata perusahaan.

You might also like
Tags:

More Similar Posts

Menu