Rupiah mengalami penurunan nilai terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam situasi di mana China sedang mengatasi kesulitan ekonomi dan sentimen negatif dari dalam negeri. Menurut Refinitiv, pada hari Selasa (5/9/2023), rupiah melemah sebesar 0,03% terhadap dolar AS dengan kurs Rp15.240/US$. Ini merupakan level terlemah sejak 29 Agustus 2023 dan merupakan penurunan nilai yang telah berlangsung selama tiga hari berturut-turut, meskipun dolar AS sendiri mengalami pelemahan.
Pelemahan rupiah ini terjadi di tengah berita baik dan buruk dari China. Upaya stimulus ekonomi China sedang berjalan untuk memberikan dorongan pertumbuhan yang diperlukan dan mengurangi risiko di sektor properti serta pemerintah daerah. Ini melibatkan serangkaian langkah dukungan termasuk pemotongan suku bunga hipotek dan pemotongan pajak bagi keluarga dengan anak-anak dan anggota keluarga yang lanjut usia, yang diharapkan akan mengurangi pengeluaran rumah tangga hingga miliaran yuan per tahun.
Berita baik lainnya adalah uang muka untuk pembelian rumah pertama di China telah diturunkan menjadi 20% dan untuk rumah kedua menjadi 30%, dari sebelumnya 30% dan 40% berturut-turut. Bunga kredit kepemilikan rumah (KPR) untuk rumah baru juga mengalami pemangkasan hingga 40 poin persentase. Lima bank besar China juga telah menyetujui pemangkasan suku bunga deposito dalam kisaran 10-25 poin persentase.
Bank sentral China (PBoC) juga diharapkan akan mengurangi persyaratan rasio minimum kepemilikan mata uang asing (RRR) di perbankan hingga 200 poin persentase mulai 15 September. Stimulus ini diharapkan dapat membantu 40 juta warga China yang ingin membeli rumah serta menggerakkan kredit KPR hingga CNY 25 triliun atau sekitar US$3 triliun.
Di sisi lain, China melaporkan peningkatan Indeks Manufaktur PMI dari 49,2 pada Juli menjadi 51 pada Agustus, menunjukkan ekspansi aktivitas manufaktur. Namun, aktivitas sektor jasa di China menurun ke level 51,8 pada Agustus, yang terendah dalam delapan bulan, karena permintaan yang terus menurun.
Dalam konteks dalam negeri, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang berlangsung dari 5 hingga 7 September 2023 menjadi sorotan, dengan Presiden Joko Widodo membuka KTT tersebut. Indonesia memegang peranan penting dalam KTT ASEAN tahun ini, di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Eropa dan antara China dan AS. Sebagai tuan rumah KTT, Indonesia juga akan memimpin ASEAN-Indo-Pacific Forum, yang menandakan peran pentingnya dalam memandu ASEAN dalam periode pasca-pandemi, ketika Asia Tenggara diharapkan menjadi motor ekonomi global setelah ekonomi negara maju melambat.