Museum Kebangkitan Nasional tidak jauh dari Pasar Senen. Tepatnya di Jalan Abdurrahman Saleh No. 26, dekat RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat. Museum ini dibangun sebagai monumen berdirinya organisasi Boedi Oetomo. Sebelum dijadikan museum, gedung ini dulunya merupakan sekolah kedokteran yang didirikan Belanda.
Nama sekolahnya adalah School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Kedokteran Bumiputra. Sebelumnya, STOVIA adalah sekolah kedokteran Jawa yang didirikan pada tahun 1851 di Rumah Sakit Militer Weltevreeden (sekarang Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto).
Mengutip website Museum Kebangkitan Nasional, semua dosen STOVIA adalah dokter dari rumah sakit yang sama. Karena pertumbuhan yang pesat, STOVIA dipindahkan dari rumah sakit militer Weltevreeden.
STOVIA melamar Salemba (sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia). Kampus lama diubah menjadi tempat pendidikan MULO, SMP, AMS dan SMA. Ketika Jepang tiba di Indonesia antara tahun 1942 dan 1954, gedung STOVIA lama dibangun kembali. Dari pusat pelatihan MULE dia ditangkap oleh pasukan Belanda melawan Jepang.
Pada tahun 1945-1973 bangunan tersebut tidak lagi digunakan sebagai penjara. Itu adalah tempat tinggal tentara Belanda dan keluarga Ambon.
Karena nilai sejarahnya yang tinggi, gedung STOVIA lama direnovasi pada tahun 1973 oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Pada tanggal 20 Mei 1974, gedung STOVIA diresmikan bersama Presiden Soeharto sebagai Gedung Kebangkitan Bangsa.
Gedung STOVIA menjadi saksi lahirnya organisasi ekonomi nasional selain Boedi Oetomo. Diantaranya Trikoro Dharma (Jong Java), Jong Minahasa dan Jong Ambon, serta beberapa pengusaha juga belajar di gedung STOVIA. Seperti Ki Hadjar Dewantara, Tjipto Mangoenkoesoemo dan R. Soetomo. Saat ini gedung STOVIA menjadi Museum Kebangkitan Nasional. Museum ini juga ditetapkan sebagai situs cagar budaya. Oleh karena itu bangunan museum ini harus dilestarikan, dipelihara dan tidak direnovasi.
