Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati telah mengingatkan seluruh negara di dunia tentang kondisi Bumi yang tengah mengalami masalah serius akibat perubahan iklim. Dampaknya mencakup peningkatan bencana alam dan kerugian ekonomi.
Dwikorita mengatakan bahwa perubahan iklim merupakan ancaman global yang tidak memandang kondisi suatu negara, baik negara maju, berkembang, atau negara kepulauan kecil, semuanya rentan mengalami bencana hidrometeorologi, bahkan lebih dari satu bencana sekaligus. Ini diungkapkannya dalam acara Lokakarya bertajuk ‘International Workshop on Climate Variability and Climate Services’ di Bali.
Ia juga menyatakan bahwa dampak perubahan iklim dirasakan oleh semua negara dalam bentuk bencana alam dan kerugian ekonomi. Contoh bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim adalah fenomena El Nino dan La Nina, yang dapat memicu banjir dan kekeringan dalam satu negara secara bersamaan. Dalam kurun waktu antara tahun 1970 hingga 2021, tercatat sebanyak 11.778 kejadian bencana yang terkait dengan cuaca ekstrem, iklim, dan peristiwa terkait air.
Selain bencana alam, perubahan iklim juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Negara maju mungkin mengalami banyak kejadian bencana terkait cuaca, tetapi kerugian ekonominya umumnya hanya sekitar 0,1 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Di sisi lain, negara miskin atau berkembang mengalami kerugian ekonomi yang jauh lebih besar, berkisar antara 5 hingga 30 persen dari PDB.
Negara kepulauan kecil juga terkena dampak serius, mengalami hingga 20 persen dari bencana global dengan kerugian yang mencapai 5 persen dari PDB atau bahkan lebih dari 100 persen dalam beberapa kasus.
Dwikorita menyoroti ketidakadilan dalam dampak perubahan iklim di antara negara-negara tersebut. Oleh karena itu, lokakarya internasional ini diadakan untuk mencari cara mengurangi kesenjangan ketidakadilan iklim ini dan memanfaatkan layanan iklim sebaik mungkin demi kepentingan masyarakat dan lingkungan.
Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa jumlah kejadian bencana alam meningkat sebanyak 82 persen dari tahun 2010 hingga 2020, tren yang juga terjadi secara global sejak tahun 1961.
Para ilmuwan dari Panel Antar-pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB baru-baru ini mengungkapkan bahwa suhu rata-rata Bumi sudah meningkat sekitar 1,1 derajat Celsius dari periode tahun 1850-1900, yang merupakan tingkat kenaikan suhu tertinggi dalam 2.000 tahun terakhir. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres juga mengingatkan akan hal ini.