Produk asing kerap bertebaran di Indonesia. Dalam berbagai etalase toko, pasti terdapat sejumlah produk dari luar negeri.
Namun, tidak semua produk tersebut bertahan selamanya. Beberapa di antaranya malah berhenti beroperasi di Indonesia.
Ada yang telah eksis hampir satu abad namun akhirnya berhenti berjualan di Indonesia. Ada pula yang hadir selama satu hingga dua tahun namun terpaksa menutup usahanya karena tidak sesuai dengan selera pasar Indonesia.
Pada akhirnya, produk-produk tersebut hanya tinggal sebagai sejarah dan kenangan.
1. Nikon
Nikon adalah perusahaan kamera asal Jepang yang telah berdiri sejak tahun 1917. Produk-produknya terkenal berkualitas tinggi dan populer di seluruh dunia. Di Indonesia, Nikon mulai beroperasi sejak tahun 2012.
Namun, perjalanan bisnis Nikon di Indonesia harus berakhir pada tahun 2020. Pada tanggal 21 Oktober 2020, PT Nikon Indonesia resmi ditutup. Penutupan ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, restrukturisasi dan penghematan akibat pandemi Covid-19. Kedua, penurunan pangsa pasar Nikon secara global oleh produsen kamera mirrorless.
Meski begitu, operasi dan penjualan resmi Nikon dilanjutkan oleh PT Alta Nikindo, distributor resmi di Indonesia.
2. Pepsi
Minuman berwarna biru ini tidak lagi tersedia di toko-toko di seluruh Indonesia sejak Oktober 2019 setelah eksis selama 26 tahun.
Penyebabnya adalah PT Anugerah Indofood Barokah Makmur (AIBM), yang sebelumnya memiliki hak eksklusif untuk memproduksi, mendistribusikan, dan menjual minuman Pepsi, mengakhiri kontrak kerja sama dengan PepsiCO Inc (PepsiCO).
Pengakhiran kontrak ini disebabkan oleh persaingan kalah dengan Cola-Cola. Kabar baiknya, Pepsi kini akan kembali hadir di Indonesia setelah mendirikan pabrik baru di Karawang.
3. Chevrolet
Keputusan untuk menghentikan kehadiran Chevrolet yang sudah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1920 diumumkan pada akhir Maret 2020 oleh General Motors (GM), produsen mobil Chevrolet.
GM memutuskan untuk menghentikan operasinya di Indonesia karena tidak memiliki segmen pasar otomotif yang memberikan keuntungan berkelanjutan. Pelemahan harga komoditas dan tekanan mata uang asing juga menjadi penyebab lain.
Meski begitu, GM akan tetap memberikan pelayanan kepada pelanggan Chevrolet berupa layanan garansi dan purnajual.
4. Ford
Perusahaan mobil terkenal ini memutuskan untuk meninggalkan Indonesia pada tahun 2016.
Ford melalui Ford Motor Indonesia secara resmi menutup seluruh kegiatan operasinya di Indonesia pada semester kedua tahun 2016. Tindakan ini termasuk penutupan dealer, menghentikan penjualan, dan menghentikan impor resmi semua kendaraan Ford.
Meski begitu, pada Januari 2022, Ford resmi kembali ke pasar otomotif Indonesia melalui RMA Group Indonesia. Perusahaan yang sebelumnya hanya menangani layanan purnajual setelah Ford Motor Indonesia menutup bisnis pada tahun 2016 ini telah meningkatkan statusnya menjadi distributor Ford untuk memulai penjualan mobil baru pada tahun 2022.
5. Walmart
Walmart adalah sebuah hypermarket terkenal asal Amerika Serikat. Sayangnya, kesuksesannya di Amerika Serikat tidak terulang di Indonesia. Meskipun didukung oleh Lippo Group, Walmart hanya bertahan selama sekitar 1 tahun, tepatnya dari tahun 1996 hingga 1997.
Kegagalan ini disebabkan oleh persaingan dengan toko retail lokal milik Hari Darmawan, yaitu Mega M. Kelak, Mega M berubah nama menjadi Matahari.
6. Uber
Uber memasuki pasar Indonesia pada tahun 2014 saat aplikasi transportasi daring berkembang pesat berkat kehadiran Go-Jek dan Grab. Perusahaan asal Amerika Serikat ini langsung bersaing dengan dua perusahaan tersebut.
Namun, pada 26 Maret 2018, Uber secara resmi menutup seluruh bisnisnya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Setelah itu, bisnis Uber diambil alih oleh Grab.
7.7 Eleven
7-Eleven adalah retail asal Amerika Serikat yang hadir di Indonesia pada tahun 2009. Meskipun cukup ramai pengunjung karena menjadi tempat nongkrong, 7-Eleven hanya bertahan selama 8 tahun. Tepat pada Juni 2017, seluruh gerai 7-Eleven di bawah PT Modern Internasional Tbk resmi ditutup. Menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto, penutupan ini disebabkan oleh masalah tata kelola manajemen internal, bukan karena iklim usaha retail.
“Meskipun 7-Eleven melakukan ekspansi besar-besaran, pangsa pasarnya ternyata tidak meningkat. Masalah manajemen yang kurang kuat juga membuat rencana bisnis akhirnya tidak tercapai.”