Rupiah masih menunjukkan kelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan diperkirakan akan mengalami volatilitas hari ini karena pasar bersikap wait and see menantikan data inflasi AS. Menurut data Refinitiv, nilai tukar rupiah terakhir tercatat di Rp15.565/US$ atau mengalami pelemahan sebesar 0,32% pada perdagangan kemarin. Ini merupakan pelemahan terparah dalam hampir satu bulan terakhir.
Pada saat yang sama, DXY pada pukul 14.46 WIB kemarin mengalami penurunan tipis sebesar 0,05% menjadi 102,51, lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Selasa yang berada di angka 102,57.
Pelemahan rupiah tersebut diyakini disebabkan oleh prospek ekonomi global yang diperkirakan akan melambat tahun ini. Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global hanya sebesar 2,4% pada tahun ini, turun dari 2,6% pada tahun 2023. Ekonomi dunia juga diproyeksikan hanya akan tumbuh 2,7% pada tahun 2025, lebih rendah dari proyeksi Juni lalu sebesar 3,0%.
Untuk Indonesia, Bank Dunia mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 4,9%, namun memangkas proyeksi untuk tahun 2025 menjadi 4,9%, turun 0,1 persentase poin dari proyeksi Juni lalu.
Bank Dunia juga mencatat bahwa Indonesia tidak akan lagi mendapatkan keuntungan dari lonjakan harga komoditas untuk tahun ini dan tahun depan, dan akan terimbas oleh melambatnya ekonomi China.
Proyeksi tersebut memberikan dampak negatif terhadap pasar keuangan domestik, termasuk mata uang rupiah yang mengalami tekanan.
Selain itu, rupiah diperkirakan akan tetap volatile hari ini karena pelaku pasar cenderung wait and see menunggu data inflasi AS yang akan dirilis malam ini. Inflasi konsumen AS per Desember 2023 diperkirakan akan meningkat tipis akibat musim liburan, dengan konsensus pasar menargetkan pertumbuhan inflasi sebesar 3,2% year-on-year, sedikit lebih rendah dari November 2023 yang mencapai 3,1%.
Investor akan memperhatikan laporan inflasi karena hal tersebut menjadi pertimbangan utama bagi bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), dalam menentukan kebijakan moneternya. Para investor juga akan mencari petunjuk kapan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga.
Secara teknikal, rupiah masih dalam tren pelemahan dan berpotensi melemah ke resistance di Rp15.580/US$ dalam basis waktu per jam. Namun, support terdekat terletak di Rp15.500/US$, yang juga merupakan level psikologis dan garis rata-rata selama 20 jam (MA20), menjadi target penguatan dalam jangka pendek.