Fenomena El Nino diperkirakan akan terus berdampak di Indonesia hingga pertengahan tahun depan. Menurut peneliti ahli utama dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eddy Hermawan, El Nino diperkirakan akan berlanjut hingga Mei 2024. Fenomena El Nino ini memiliki durasi yang cukup lama.
Eddy menjelaskan bahwa El Nino adalah fenomena global yang memengaruhi banyak negara yang berada di garis khatulistiwa, termasuk Indonesia. Ini merupakan indikasi dari peningkatan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik.
El Nino disebabkan oleh kenaikan suhu perairan di bagian tengah Samudera Pasifik. Suhu laut akan mencapai puncaknya di atas 0,5 derajat Celsius sekitar Mei 2023 dan akan mencapai puncaknya pada November atau Desember 2023.
Setelah mencapai puncaknya, El Nino diperkirakan akan mereda kembali pada sekitar Mei 2024. Eddy juga mengatakan bahwa berdasarkan catatan sebelumnya, El Nino biasanya berlangsung antara sembilan hingga 12 bulan, sehingga fenomena ini dianggap sebagai hal yang biasa.
Lebih lanjut, Eddy mengungkapkan bahwa sebelum El Nino saat ini terjadi, telah ada fenomena La Nina yang berlangsung selama sekitar 30 bulan, dimulai dari Agustus 2020 hingga Januari 2023. Saat itu, Indonesia mengalami musim hujan yang cukup lebat akibat efek La Nina, dengan hujan sering turun bahkan pada musim kemarau.
Namun, El Nino yang sedang terjadi sekarang justru menghasilkan efek sebaliknya dari La Nina, yakni membuat musim hujan pada bulan Desember, Januari, dan Februari menjadi lebih kering. Hal ini menyebabkan musim kemarau terasa lebih panjang dari yang seharusnya, yang seharusnya berlangsung hanya sekitar tiga bulan menjadi sembilan bulan.
Menurut laporan terbaru dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), ada kemungkinan lebih dari 95 persen bahwa El Nino akan berlanjut hingga Februari 2024 dengan dampak iklim yang luas.
Fenomena El Nino juga telah menjadi salah satu penyebab peningkatan suhu global, bahkan melebihi rekor El Nino kuat pada awal tahun 2016. Salah satu dampak unik yang muncul dari El Nino ini adalah Indonesia yang seharusnya mengalami musim hujan, malah mengalami musim kemarau.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa musim kemarau telah menyebabkan kekeringan, terutama di daerah lumbung pangan di sepanjang pesisir Pantai Utara Jawa. Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, mengatakan bahwa beberapa daerah, seperti Kabupaten Bogor dan Sukabumi di Jawa Barat, sudah membutuhkan pasokan air bersih dengan menggunakan mobil tangki.
Ia juga menekankan pentingnya peran restorasi ekosistem dalam jangka panjang untuk mengatasi dampak El Nino ini, dengan mempertimbangkan modifikasi cuaca untuk meningkatkan volume air di danau atau waduk.