PT Perusahaan Gas Negara (PGN) bersama anak usahanya PT Gagas Energi Indonesia melakukan eksperimen penggunaan gas alam terkompresi (CNG) sebagai bahan bakar gas (CNG) pada sepeda motor.
PGN melakukan uji coba pada tiga sepeda motor matic. Setiap sepeda motor mengkonsumsi 2,5 liter BBG, yang sesuai dengan Tingkat Premium (LSP).
Berdasarkan hasil pengujian, sepeda motor Vespa menempuh jarak 104 kilometer. Menggunakan 2.5 LSP terlihat motor ini telah menempuh jarak 41.6 km. Sementara itu, sepeda motor matic tersebut berhasil menempuh jarak 93,7 km atau sekitar 37,5 km/LSP. Sepeda Vespa lainnya berhasil menempuh jarak 91 km atau 37 km/LSP. Rata-rata jarak tempuh ketiga kendaraan tersebut adalah 38,7 km/LSP.
Sekretaris PGN Rachmat Hutama menjelaskan, eksperimen atau uji coba dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh sepeda bisa melaju dengan 2,5 LSP CNG.
“Selain itu dari tes jarak tempuh akan memperlihatkan angka efisiensi biaya yang dapat didapatkan oleh pengguna,” ujar Rachmat, dikutip dari keterangan persnya, Kamis (31/3/2023).
Haryo melanjutkan, BBG pada sepeda motor akan menghemat biaya beli bahan bakar hingga 2 kali lipat. BBG sendiri memiliki harga Rp 4.500 LSP di mana pun tempat pengisiannya.
“Harga bahan bakar gas diatur dan ditentukan oleh pemerintah dan konversi bahan bakar gas merupakan salah satu program Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sehingga kenaikan harganya tidak akan sesering dan se-fluktuatif harga BBM,” tuturnya.
Sepeda motor konversi BBG, lanjut dia, memiliki sistem bahan bakar ganda, yakni kombinasi bahan bakar BBM dan BBG.
Karena itu, lanjutnya, BBG menambah jumlah bahan bakar untuk menambah jarak tempuh. Kombinasi bahan bakar ini juga memberi pengguna lebih banyak fleksibilitas dalam memilih bahan bakar.
Sementara itu, General Manager PT Gagas Energi Indonesia, Muhammad Hardiansyah mengatakan, jarak LSP bisa lebih dari 35 km untuk memberikan keuntungan bagi pengguna.
“Pengguna tetap dapat menggunakan BBM dan dapat berhemat dengan menggunakan bahan bakar gas,” kata Hardiansyah.
Ia mengatakan saat ini terdapat 20 SPBG di DKI Jakarta, Bekasi dan Depok. Pengguna hanya membutuhkan waktu 1-2 menit saja karena tidak membutuhkan waktu lama.
Hardiansyah melanjutkan, sepeda konversi BBG memiliki converter kit, tabung BBG dan saklar yang terpasang pada sepeda. Tujuannya adalah untuk mengaktifkan atau menonaktifkan penggunaan CNG dan perangkat lainnya.
Pemasangan akan dilakukan oleh bengkel bersertifikat seperti Bengkel BSD Auto Gas Indonesia dan Bengkel Raja Rafa Samudra, Pondok Gede.
“Sertifikasi tentu menjadi perhatian utama. Kami mengutamakan aspek keamanan pada konversi BBG sepeda motor ini. Tabung CNG yang dipakai telah lolos uji tekan dan berstandar internasional ISO 11439, sehingga kecil sekali kemungkinan untuk meledak dalam penggunaan sehari-hari,” jelas Hardiansyah.
Selain itu, tambah dia, tabung BBG juga aman karena terbuat dari bahan seamless steel pipe yang ringan dan kuat karena dibuat dengan proses khusus tanpa sambungan.
Kemudian, tabung yang dipakai juga sudah sesuai dengan standard safety ISO 11439. Pengetesan dilakukan sebesar 1.5x dari tekanan operasional dan jauh lebih besar dari tekanan pada saat terjadi tumbukan akibat kecelakaan.
“Cylinder valve juga sesuai standar ECE R 110 dengan mode auto cut off untuk excess flow, artinya jika ada piping putus atau lepas langsung cut off gas dari cylinder,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rahmat menambahkan, mengatakan, uji coba motor CNG yang cukup sukses menjadi pacuan bagi PNG untuk segera merealisasikan piloting project pada 300 sepeda motor dalam waktu dekat.
“Konversi motor CNG merupakan terobosan sekaligus dukungan PGN Group terhadap penyediaan energi yang ramah lingkungan dan hemat bagi masyarakat,” katanya.