Produk Pertanian dan Pangan RI Tersaingi di Pulau Sebatik, Warga Lebih Memilih Produk Malaysia
Pulau Sebatik, Kalimantan Utara – Di tengah perbatasan Indonesia-Malaysia, Pulau Sebatik menjadi saksi bisu akan dominasi produk Malaysia dalam kehidupan sehari-hari warganya. Fenomena ini terlihat dari kebanyakan warung dan toko di pulau tersebut yang lebih memilih menjual produk-produk Malaysia daripada produk lokal Indonesia.
Salah satu contohnya adalah Warung Perbatasan milik Muliyati, seorang warga negara Indonesia. Meskipun warungnya terletak di wilayah Malaysia, namun Muliyati lebih memilih menjual produk Malaysia karena lebih diminati oleh masyarakat setempat.
Menurut Muliyati, salah satu alasan utama adalah harga produk sembako asal Malaysia yang jauh lebih murah dibandingkan dengan produk Indonesia. Sebagai contoh, harga beras Malaysia hanya sekitar Rp 90 ribu per 10 kg, sementara beras Indonesia bisa mencapai Rp 130 ribu per 10 kg.
Selain harganya yang lebih terjangkau, akses dan ketersediaan produk Malaysia juga lebih cepat dan mudah daripada produk Indonesia di daerah tersebut. Hal ini membuat banyak masyarakat lebih memilih produk Malaysia meskipun mereka menggunakan dua mata uang, yaitu ringgit dan rupiah, dalam bertransaksi.
Nila, seorang pemilik toko kelontong di Pulau Sebatik, juga mengalami hal serupa. Meskipun toko nya hanya berjarak beberapa kilometer dari perbatasan, namun transaksi menggunakan ringgit masih kerap terjadi karena produk sembako Malaysia lebih laku terjual.
Menanggapi hal ini, Wakil Bupati Nunukan Hanafiah menyatakan bahwa tantangan utama yang dihadapi di Pulau Sebatik adalah akses logistik yang kurang memadai. Hal ini menyebabkan harga produk-produk RI di Pulau Sebatik menjadi lebih mahal dibandingkan Malaysia. Untuk mengatasi hal ini, Hanafiah menyebutkan perlunya upaya untuk memenuhi kebutuhan pokok dan sembako dari dalam negeri sendiri, sehingga harga sembako bisa lebih murah dan terjangkau oleh masyarakat setempat.
Dengan demikian, diharapkan peredaran ringgit di wilayah Pulau Sebatik bisa diminimalisir, dan transaksi dilakukan dengan menggunakan mata uang rupiah, memperkuat perekonomian lokal serta mengurangi ketergantungan pada produk impor.